Pentingnya Klarifikasi

Di tengah era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, semua jenis informasi baik benar atau pun tidak bebas tersebar di segala jenis media terutama media social tanpa filter sedikitpun. Konsekuensinya informasi tersebut gampang dikonsumsi semua kalangan. Tidak apa kalo berita tersebut baik dan benar sesuai fakta, tapi kalau tidak bagaimana ? Tentu akan melahirkan sebuah pandangan publik yang pro dan kontra dan akan menyebabkan kegaduhan publik semata.
Budaya hoax semacam ini sudah merajalela disebabkan oknum penyebar berita hoax untuk melancarkan kepentingannya seperti membunuh karakter seorang tokoh atau golongan, memperkeruh suasana politik dengan menyebar isu SARA ataupun motif lainnya.
Belum lagi seruan aksi memviralkan informasi tersebut kepada jaringan yang lebih luas di ranah media social untuk benar-benar membuat publik pro dan setuju terhadap informasi tersebut. Bagi saya pribadi hal seperti ini sudah membuat pikiran saya stress dan mengalami semacam penyakit traumatic syndrome karena hampir setiap hari melihatnya di medsoc pribadi seperti instagram, whatsup, facebook, dan lain-lain sampai-sampai saya muak dan menyebabkan saya tidak membuka akun media social pribadi untuk beberapa hari.
Lalu apa solusinya jika sudah terlanjur seperti ini ?
Solusinya tidak lain adalah mencoba menjadi pembaca yang cerdas. Cerdas memilah informasi, cerdas mengetahui sumber informasi, cerdas membaca situasi. Apakah berita tersebut ada hubungannya dengan peristiwa terakhir yang terjadi apa tidak. Budaya tersebut adalah tabayun atau yang lebih kita kenal sebagai klarifikasi. Budaya yang diajarkan ratusan tahun silam oleh nabi bahkan melalui kalam Tuhan yang sekarang dijadikan landasan oleh sebagian ilmuan hadis (muhadis) untuk mengetahui kevalidan suatu hadis yang berasal dari nabi.
Dengan bertabayun kita akan lebih bijak memilah suatu informasi untuk dicerna. Maka dari itu mari mencoba menjadi pembaca yang cerdas supaya tidak hanya asal mempercayai suatu informasi yang belum tentu kebenarannya apalagi ikut menyebarkannya.
Di akhir, dengan mengetahui kebenaran dan kevalidan informasi kita akan lebih bijak dalam bertindak menanggapinya dan tidak menyebabkan stigma negatif perihal informasi tersebut karena kita tahu bahwa puncak pengetahuan adalah kebijaksanaan.