Target Bacaan di Bulan Ramadhan

Awalnya saya tidak berniat menulis kembali dalam kurun waktu sedekat tulisan pertama. Namun karena mata yang belum menghendaki untuk terpejam, saya memutuskan untuk menulis kembali.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin membahas satu kebiasaan orang-orang yang dilakukan selama bulan ramadhan. Yaitu sebuah kebiasaan mentarget untuk menyelesaikan bacaan Al-qur’an. Tentunya, hampir setiap muslim di dunia ketika memasuki bulan ramadhan selalu berlomba-lomba memperbanyak bacaan Al-qur’an.Tanpa ingin menyinggung apakah kebiasaan mereka di luar bulan ramadhan selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-qur’an atau tidak, setidaknya kebiasaan ini bisa menjadi awal yang baik bagi mereka karena dengan niatan baik ini mungkin saja setelah ramadhan nanti kebiasaan ini akan terus berlanjut, bukan tidak mungkin kan ?

Tidak mau kalah, diri saya pribadi pun menargetkan hal yang sama. Tapi selain menargetkan hal tersebut, saya juga menargetkan untuk menyelesaikan sedikitnya 2 buku selama bulan ramadhan. Dengan rasa sedikit pesimis, saya akan memaksakan diri untuk menyelesaikan target tersebut. Sikap pesimis tersebut bukan tanpa alasan, karena dalam waktu dekat pula akan ada satu kewajiban sebagai mahasiswa untuk melaksanakan kewajiban di akhir semester sebagai bahan evaluasi selama satu semester. ya, tidak lain kewajiban tersebut adalah UAS.

Bobot membaca Al-qur’an juga pasti berbeda dengan bobot membaca buku, karena bagi kebanyakan alumni pondok, membaca Al-qur’an pasti terasa lebih mudah karena sudah rutin dilakukan. Terlebih jika sudah menghafalnya. Minimalnya, 1 juz akan selesai di baca dalam kurun waktu sehari yang jika dilakukan secara rutin selama satu bulan penuh, 30 juz akan terselesaikan.

Berbeda dengan membaca buku, akan banyak tenaga dan pikiran yang tercurahkan apalagi jika buku tersebut tergolong buku yang berkategori politik, sosial, filsafat dan pelbagai macam kategori lainnya yang notabene jarang atau tidak pernah dikaji oleh santri.

Kali ini, target saya ingin menyelesaikan 2 buku beraliran politik dan sejarah yaitu buku karya Van Bruinessen yang ia beri judul “Conservative Turn : Islam Indonesia dalam Ancaman Fundamentalisme” dan karyanya seorang yang bisa disebut bapak revolusioner Indonesia yaitu Tan Malaka yang berjudul “Menuju Merdeka 100%.” Bukan berarti orientasi saya dengan membaca buku tersbut untuk menjadi ahli politik ataupun sejarah, tapi tidak lain untuk menambah pengetahuan saja selain dari sumber-sumber kitab kuning.

Pastinya, saya berharap dan akan berusaha untuk menyelesaikan target tersebut walaupun akan ada banyak bacaan dan hafalan untuk persiapan UAS.

Bukan maksud saya untuk menyombongkan diri supaya bisa dianggap rajin membaca, tapi semangat mmembacalah yang ingin saya tularkan kepada kepada setiap pembaca karena tidak lain saya juga tertular spirit ini dari teman-teman baru saya di perantauan yang telah lama melahap banyak buku dan notabene mereka juga berlatar belakang santri.

Tentu bukan hal salah jika seorang santri membaca bacaan selain kitab kuning, karena dengan itu ia akan mempunyai pengetahuan luas dan lebih bijak dalam memandang setiap permasalahan.

Tentu tidak bisa dipungkiri tokoh-tokoh yang berlatar belakang santri seperti halnya Gus Dur, Cak Nun, dan masih banyak lagi yang terkenal dengan keluasan pengetahuannya, selama mudanya telah melahap banyak bacaan baik dari kitab kuning, maupun dari buku-buku yang telah disebutkan diatas.

Meminjam perkataannya Mbah Djiwo “lama-lama saya males berpendapat karena dikira curhat…” yang tidak lain adalah motif saya menuliskan hal ini karena pengalaman pribadi saya beberapa waktu lalu ketika berdiskusi di salah satu grup alumni dan mencoba berpendapat dengan data malah di kira curhat.

Di penghujung tulisan ini, semoga kita semua di beri umur panjang dan bisa menyelesaikan target kita semua di bulan ramadhan ini. Aamiin.

#RamadhanMalhikdua #1Hari1Post